Boyolali: Jumlah pendaki Gunung Merapi melalui jalur Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada musim liburan sekolah kali ini cenderung meningkat.
"Jumlah pendaki ke Merapi sepekan ini, rata-rata sekitar 10 orang per hari dan puncaknya Sabtu malam Minggu bisa mencapai 100 orang lebih," kata anggota Tim SAR "Barameru" Desa Lencoh Samsuri di Boyolali, Sabtu (23/6).
Sebelum liburan, kata Samsuri, pendaki ke puncak Merapi sekitar 30-40 orang dalam sepekan. Sedangkan pada musim liburan sekolah bisa sekitar 150 orang per pekan.
"Pendaki hari-hari pada biasa tidak semua ada pendakian, paling hanya setiap Sabtu malam. Namun, pendaki musim liburan sekolah ini hampir setiap hari ada kegiatan pendakian ke puncak Merapi," katanya.
Ia mengatakan, para pendaki datang dari berbagai daerah. Mereka kebanyakan siswa sekolah atau mahasiswa dari Yogyakarta, Solo, Semarang, Bandung, dan daerah Jawa Barat lainnya.
Bahkan, pendaki ke Merapi juga ada dari kalangan warga mancanegara antara lain Prancis, Belanda, dan Swedia. Mereka ke puncak Merapi biasanya didampingi oleh pemandu lokal.
"Pendaki mancanegara ke Merapi sekitar dua hingga empat orang setiap harinya," katanya.
Setiap pendaki yang akan ke puncak Merapi wajib mendaftarkan identitasnya kepada petugas jaga di pintu pendakian di Dukuh Plalangan, Lencoh. Hal itu agar memudahkan petugas atau tim SAR memantau kegiatan mereka.
Pihaknya mengimbau para pendaki untuk menyiapkan alat dan perbekalaan yang dibutuhkan secukupnya seperti jaket tebal supaya tidak kedinginan. Selain itu, katanya, pendaki dilarang membuat api unggun di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) karena rawan kebakaran.
Menyinggung masalah tidak adanya rambu di jalur pendakian Merapi, kata dia, pihaknya akan meminta kepada Balai TNGM untuk pengadaan rambu dan larangan di jalur pendakian.
"Rambu-rambu di jalur pendakian, memang dapat mengantisipasi para pendaki agar tidak tersesat, karena jalur ke puncak banyak jalan alternatif yang sering digunakan oleh para pendaki," katanya.
Kepala Polsek Selo AKP Suparma saat dikonfirmasi soal jumlah pendaki pada musim liburan sekolah, membenarkan terjadi peningkatan. Mereka, katanya, sebelum mendaki Merapi, meminta izin dan memberikan identitasnya kepada polsek setempat.
Meski kondisi cuaca di puncak Merapi pada musim liburan sekolah ini cukup bersahabat untuk aktivitas pendakian, pihaknya mengimbau para pendaki tetap waspada.
Karena, katanya, puncak Merapi khususnya saat kemarau sering ditandai angin kencang dan suhu kadang sangat dingin.
"Jumlah pendaki ke Merapi sepekan ini, rata-rata sekitar 10 orang per hari dan puncaknya Sabtu malam Minggu bisa mencapai 100 orang lebih," kata anggota Tim SAR "Barameru" Desa Lencoh Samsuri di Boyolali, Sabtu (23/6).
Sebelum liburan, kata Samsuri, pendaki ke puncak Merapi sekitar 30-40 orang dalam sepekan. Sedangkan pada musim liburan sekolah bisa sekitar 150 orang per pekan.
"Pendaki hari-hari pada biasa tidak semua ada pendakian, paling hanya setiap Sabtu malam. Namun, pendaki musim liburan sekolah ini hampir setiap hari ada kegiatan pendakian ke puncak Merapi," katanya.
Ia mengatakan, para pendaki datang dari berbagai daerah. Mereka kebanyakan siswa sekolah atau mahasiswa dari Yogyakarta, Solo, Semarang, Bandung, dan daerah Jawa Barat lainnya.
Bahkan, pendaki ke Merapi juga ada dari kalangan warga mancanegara antara lain Prancis, Belanda, dan Swedia. Mereka ke puncak Merapi biasanya didampingi oleh pemandu lokal.
"Pendaki mancanegara ke Merapi sekitar dua hingga empat orang setiap harinya," katanya.
Setiap pendaki yang akan ke puncak Merapi wajib mendaftarkan identitasnya kepada petugas jaga di pintu pendakian di Dukuh Plalangan, Lencoh. Hal itu agar memudahkan petugas atau tim SAR memantau kegiatan mereka.
Pihaknya mengimbau para pendaki untuk menyiapkan alat dan perbekalaan yang dibutuhkan secukupnya seperti jaket tebal supaya tidak kedinginan. Selain itu, katanya, pendaki dilarang membuat api unggun di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) karena rawan kebakaran.
Menyinggung masalah tidak adanya rambu di jalur pendakian Merapi, kata dia, pihaknya akan meminta kepada Balai TNGM untuk pengadaan rambu dan larangan di jalur pendakian.
"Rambu-rambu di jalur pendakian, memang dapat mengantisipasi para pendaki agar tidak tersesat, karena jalur ke puncak banyak jalan alternatif yang sering digunakan oleh para pendaki," katanya.
Kepala Polsek Selo AKP Suparma saat dikonfirmasi soal jumlah pendaki pada musim liburan sekolah, membenarkan terjadi peningkatan. Mereka, katanya, sebelum mendaki Merapi, meminta izin dan memberikan identitasnya kepada polsek setempat.
Meski kondisi cuaca di puncak Merapi pada musim liburan sekolah ini cukup bersahabat untuk aktivitas pendakian, pihaknya mengimbau para pendaki tetap waspada.
Karena, katanya, puncak Merapi khususnya saat kemarau sering ditandai angin kencang dan suhu kadang sangat dingin.
0 komentar:
Posting Komentar